Renungan Minggu Ini :
MAKNA PERJUMPAAN
1 Tesalonika 3 : 10
Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.

Seseorang menjadi Kristen berarti telah menerima kabar sukacita tentang damai sejahtera  dari ALLAH. Dan setiap orang Kristen telah menggenggam suka cita itu, meskipun seringkali sukacita itu seolah-olah hilang atau tertutupi oleh kesulitan hidup, kepedihan, keprihatinan dalam menjalani hidup ini.

Paulus dalam menjalani tugas pelayanannya ingin lebih banyak menjumpai orang-orang Kristen di Tesalonika, agar ia bisa menguatkan iman orang-orang yang dijumpainya.  Supaya iman dan sukacita yang telah dimiliki orang-orang Kristen tidak menjadi tertutupi ataupun hilang.

Dalam hidup kita, seringkali kita saling berjumpa dengan sesama orang Kristen. Baik dalam suasana Ibadah, PA, mengunjungi yang sakit, berduka, bahkan yang sedang bersuka cita. Lalu apakah perjumpaan itu hanya untuk kegiatan “silaturahmi”, atau perjumpaan yang berlalu begitu saja tanpa makna?

Mencermati petikan isi surat Paulus di atas, maka makna terindah dalam perjumpaan itu adalah ketika kita saling menguatkan iman kita dan mengingatkan tentang sukacita dan damai sejahtera yang sebenarnya sudah selalu ada dan melekat dalam diri kita masing-masing. Makna perjumpaan bukan untuk saling menghujat, menghina, merendahkan, namun justru untuk saling membangun, menopang dan menolong sesama orang Kristen.

JSPH
MINGGU, 16 OKTOBER 2011
MENGAPA TUHAN
TIDAK SEGARA DATANG?

Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata, "Penyakit ini tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yohanes 11:4)

Terkadang atau bahkan seringkali kita sulit memahami apa sebenarnya rencana Tuhan dalam hidup kita. Apa yang kita harapkan ternyata tidak terjadi dalam waktu yang kita inginkan. Kita akan melihat contoh: LAZARUS  yang merupakan cerita yang cukup populer dalam Alkitab karena di sini kita melihat bagaimana Allah bekerja dan dimuliakan. Lazarus sendiri adalah saudara dari Maria yang pernah meminyaki kaki Yesus dengan minyak mur. Ketika Yesus diberitahu bahwa Lazarus sedang sakit, Yesus tidak segera datang untuk menjenguk padahal Lazarus adalah orang yang dikasihiNya. Ia bahkan secara sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana ia berada (Yoh 11:6). Baru setelah itu Yesus berkunjung ke tempat Lazarus yang tinggal di Betania tanah Yudea. Betania sendiri terletak di dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya (ayat 18). Mengingat pada waktu itu kemana-mana orang biasa berjalan kaki termasuk Yesus dan murid-murid-Nya, maka perjalanan menemui Lazarus pun pasti lama juga. Ketika Yesus dan murid-muridnya sampai, mereka mendapati Lazarus sudah empat hari berbaring di dalam kubur.

Suara Marta, adik Maria, mungkin mewakili kesedihan banyak orang. Seandainya Yesus datang tepat pada waktunya pasti Lazarus tidak mati. Sulit menerima kenyataan bahwa waktu yang tepat bagi Tuhan tidak sama dengan waktu kita. Kepedihan yang mendalam seringkali menutupi hati seseorang akan perkataan Tuhan sehingga ketika Yesus berkata bahwa Lazarus akan bangkit, itu dipahami Marta sebagai kebangkitan pada akhir zaman. Mungkin itulah kebangkitan yang diyakini sebagian orang pada waktu itu. Kita tahu dari Kisah Para Rasul 23:8  bahwa orang Saduki tidak percaya pada kebangkitan sedangkan orang Farisi mempercayainya. Apalagi Lazarus sudah empat hari di dalam kubur, pasti badannya sudah mulai membusuk dan bau. Terlambat sudah. Semua harapan seolah musnah. Kita melihat di atas bahwa Yesus sengaja menunda saat menjenguk Lazarus dan dugaan Yesus benar bahwa murid-muridnya tidak memiliki keyakinan bahwa Ia berkuasa menghidupkan orang mati sekalipun orang itu sudah empat hari di dalam kubur.

Sekarang kita menjadi jelas akan maksud penundaan Yesus saat mengunjungi Lazarus. Yesus hendak menunjukkan bahwa Anak Manusia berkuasa atas kematian dan setelah orang-orang melihat Lazarus bangkit dari kematian, mereka dibukakan hatinya dan kemuliaan Allah dinyatakan.

Adi Amurwanto

Renungan Minggu Ini

MENGHIDUPI IDENTITAS KELUARGA

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1 : 27-28)

Bagaimana menumbuhkan cinta kasih agar keluarga bertumbuh? Berbagai pergumulan dalam keluarga sering menjadi penghambat kehidupan cinta kasih. Kasih mula-mula yang pada awalnya menjadi jalan masuk ke dalam kehidupan keluarga, kehilangan dayanya saat keluarga memasuki kehidupan sehari-hari dengan berbagai rutinitasnya. Oleh karena itu, merayakan hidup berkeluarga adalah hal yang sangat diperlukan agar kasih mula-mula kembali menjadi daya bagi terbentuknya keluarga yang bahagia. Dalam kasih itulah identitasnya sebagai keluarga terisi dengan nilai-nilai kekristenan yang berlanjut pada panggilannya sebagai keluarga yang diberkati untuk menjadi berkat.
Di dalam keluarga, terdapat banyak pemicu konflik yang berakibat suatu pergumulan hidup seperti masalah ekonomi, kesalah pahaman, perbedaan agama, perselingkuhan dan sebagainya. Dalam konflik keluarga, semua pihak yang terlibat memiliki andil melukai dan dilukai, yang pasti semua terluka. Ndang balia Sri… ndang balia… nyanyian campursari yang pernah populer ini menceriterakan seorang istri minggat dari rumah karena persoalan dengan suaminya. Janji sehidup semati tinggal janji, tidak ditepati. Nyanyian Sri Kapan Kowe Bali memang hanya nyanyian, tetapi nyanyian sering menjadi penunjuk realitas sosial. Keluarga Kristen juga tidak “kalis” dari situasi seperti dalam nyanyian Sri  itu. Jika purik, minggat, menghindar dari masalah dengan cara meninggalkan keluarga yang dipilih menjadi “solusi” maka, konflik tidak akan terselesaikan. Sebaliknya konflik akan menjadi semakin parah.
Keluarga yang berhasil bukan berarti keluarga yang tidak memiliki persoalan dalam rumah tangga. Keberhasilan keluarga terwujud jika keluarga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menyelesaikan masalah berarti bersedia memasuki masalah yang dialami dengan kejujuran, kesetiaan, kerendahan hati  dan bertekad untuk memperbaharui kehidupan keluarga dalam cinta kasih.
Seturut rencana Allah, keluarga telah ditetapkan sebagai “persekutuan mesra kehidupan dan cinta kasih”, maka : Identitas Keluarga Kristen bersumber dari penghayatannya akan Allah Tritunggal (Bapa, Putra dan Roh Kudus). Artinya : sifat-sifat, pembawaan yang mendasar dalam keluarga Kristen hendaknya bertumbuh selaras dengan sifat Ilahi.  Keselarasan dengan sifat Ilahi terjadi karena selain secara pribadi manusia diciptakan Tuhan seturut dan serupa dengan gambar-Nya (Kej. 1:27-28). Dari dasar inilah kita menemukan cinta kasih yang hidup dalam keluarga.
SELAMAT MERAYAKAN BULAN KELUARGA

Tuhan memberkati. Amin.

Disarikan oleh  masnow dari Bahan Dasar Bulan Keluarga 2011





18 September 2011

UJIAN AIR PANAS

Bacaan Yakobus 1 : 2, 3
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

Ketika kemalangan datang menenggelamkan hidup, apa reaksi Anda?
Mungkin Anda pernah mendengar ilustrasi berikut: kentang, telur dan bubuk kopi baru saja mengalami kemalangan yang sama, yaitu : Sama - sama dimasukkan dalam air mendidih. Yang berbeda adalah reaksi mereka masing-masing. Kentang mula-mula keras, kuat dan tidak mau tunduk, tapi setelah melewati waktu yang cukup lama, ia menjadi lunak dan lemah. Telur yang awalnya mudah pecah dan rapuh, akhirnya ia menjadi keras dan padat. Lain halnya dengan bubuk kopi, semula ia tidak menarik, tapi ketika ia dimasukkan air panas, ia justru mampu mengubah air panas sekelilingnya menjadi kopi yang harum dan memikat.
Masuk ke kelompok mana Anda dalam ilustrasi tersebut? Apa persoalan Anda hari ini? Pengkhianatan, sakit penyakit, kegagalan. Selamat! Itu berarti Anda masuk dalam panasnya air mendidih. Seperti ilustrasi di atas, hasil akhir ada di tangan Anda, karena hal itu bergantung pada cara Anda bereaksi terhadap masalah dan penyelesainnya. Maju dan keluar sebagai pemenang atau mundur sebagai pecundang. Firman Tuhan dalam Yakobus 1:2,3 menegaskan orang yang bertahan dalam pencobaan akan menerima upahnya. Dan semua ujian itu akan menghasilkan ketekunan.

Respon positif dalam menghadapi masalah dapat menjadikan
Anda lebih dari seorang pemenang.

 “ Beds ”
Renungan Minggu Ini 11 September 2011
TEGURAN TENTANG KEKHAWATIRAN

Bacaan Matius 6 : 25-34
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.  (Matius 6 : 32)


” Jangan kamu kuatir, burung di udara Dia pelihara … Jangan kamu kuatir, apa
yang  kau makan minum pakai … Jangan kamu kuatir, Bapa di Surga memelihara.” Ini adalah bagian syair lagu yang pernah kita dengar, mungkin pernah kita nyanyikan  baik di Gereja atau dimana saat kita berada. Nadanya enak, liriknya bagus dan menghibur hati. Ya, memang ayat mengenai ucapan Tuhan Yesus lebih sering kita pakai untuk memberi kekuatan dan penghiburan, khususnya takkala kita sedang menghadapi kekhawatiran dalam hidup. Namun, pernahkah kita melihat ayat ini dari sisi yang lain, yakni sebagai sebuah teguran?
Pada pertengahan perikop ini, Tuhan Yesus mengatakan bahwa segala apa yang hendak kita makan, minum dan pakai, adalah hal-hal yang dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ayat 32). Artinya, kita yang mengenal Allah seharusnya tidak perlu mengedepankan hal-hal itu, karena kita memiliki Allah yang maha mengetahui segala kebutuhan kita. Jadi, selain menghibur, sesungguhnya ayat ini juga menegur dengan keras. Menegur kita yang mengaku percaya kepada Allah, tetapi masih mengkhawatirkan hal-hal materi. Sebuah teguran agar kita tidak lagi memiliki hati seperti bangsa yang tidak mengenal Allah.
Kekhawatiran memang bisa menggeser fokus pandangan kita kepada Allah. Itu sebabnya Allah meminta kita mencari kerajaan-Nya terlebih dulu dalam segala hal (ayat 33). Jika Allah ada di tempat terbesar di hati kita, jika Allah menjadi yang terutama di hidup kita, maka kita akan memiliki pengharapan yang pasti. Percayailah Allah dengan sepenuh hati. Maka, atas segala yang kita perlu, Dia tidak akan berdiam diri.

“ RHRY & NOW ”